Halaman

Senin, 11 Juli 2011

Mereka Belajar di Bawah Atap Sagu

Foto by Farida.
Beratap rajutan daun sagu, tanpa lantai alias langsung menjejak tanah, berdinding bambu dan papan seadanya, begitulah kondisi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30 di Kampung Tahak. Kampung ini tidak ditemukan dalam peta.

Letaknya lebih dari 200 kilometer dari ibu kota Kalimantan Barat, Kota Pontianak. Tapi keceriaan dan keriangan para siswa berseragam putih-merah itu tetap mewarnai hari-hari belajar di ruangan darurat itu.

Seorang guru kontrak yang mengajar di sekolah itu, Farida (25), menuturkan, hanya ada satu ruangan kelas untuk lima rombongan belajar. Sampai saat ini "bangunan sekolah" masih satu  lokal itu saja.

"Pada bulan Maret yang lalu, melalui swadaya warga kampung dan orangtua murid, bangunan darurat ini berhasil didirikan," ujar Farida, Senin (11/7/11).

Kampung Tahak di Balai Pinang, merupakan bagian dari Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Jarak ibu kota kabupaten lebih dari 300 kilometer melalui jalan darat trans Kalimantan, yang tambal sulam antara aspal dengan jalan tanah.

Sebelumnya, para siswa belajar di bawah "bangunan seadanya", berupa tiang kayu bulat beratapkan dedaunan yang disusun rapat. Tanpa dinding, apalagi lantai. Langsung menjejak tanah.

Melihat minat belajar siswa yang tinggi, warga kampung dan para orangtua murid tak tinggal diam. Mereka bergotong royong menyumbangkan papan tulis, kursi dan meja, dan membangun sendiri "ruang kelas" itu.

Bagaimana kondisi bangunan sekolah itu? Atapnya dari jalinan daun sagu. Dindingnya kombinasi antara papan serta bambu (gedhek) yang meski sudah disusun rapat, tetap menyisakan celah-celah.

Foto by Farida.
"Walaupun ber-AC alami, siswa-siswa saya sangat bersemangat belajar. Bangunan darurat bukan halangan, meski ke depan kami berharap ruang kelas yang lebih memadai," ujar Faria.

Farida menuturkan, SDN ini berdiri sejak 13 Juli 2009, dan waktu itu baru memiliki satu rombongan belajar yang mendaftar untuk kelas satu. Sedangkan kelas dua dan tiga merupakan pindahan dari ibu kota kecamatan, SDN 02 Balai Berkuak.

Pada tahun pelajaran 2010/2011, jumlah murid dari empat rombongan belajar sebanyak 98 orang. Sedangkan tenaga pendidiknya hanya empat orang: seorang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), dua orang guru kontrak, dan seorang honorer yang dibiayai oleh komite sekolah.

SEVERIANUS ENDI

Minggu, 10 Juli 2011

Jangan Benci Bahasa Inggris


Foto bareng siswa/i SMA N 1 bersama Savhann
Surprise..begitulah ketika Savhanna Wilson mengunjungi sekolah kami SMA Negeri 1 Balai Berkuak, yang berada di Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Para siswa pun sangat antusias dengan kedatangan mahasiswi asal Canada ini, yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di  Mahidol University, Bangkok.

Walau berbekal english yang ala kadarnya, para siswa memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan sang tamu dadakan ini. Apa kesannya?  Savhanna sempat mengatakan, I am nervous when I start to give speech.
Pada kesempatan itu, Savhanna bercerita tentang bagaimana dia bisa kuliah di Bangkok. 

Sedangkan dia berasal dari Canada, yang semestinya di sana perguruan tingginya mungkin lebih jika dibandingkan dengan di kawasan Asia Tenggara. Dia juga menceritakan mengapa datang ke Balai Berkuak. Tentang hal ini dia menceritakan ketertarikannya untuk melihat kehidupan orang Dayak secara langsung.

Tak apalah, asal kami telah mendapatkan banyak pengalaman dengan berbagi bersama Savhanna, terutama hal pendidikan. Untuk itu jangan pernah benci belajar bahasa Inggris ya, pacu diri kita untuk terus belajar, walau tidak harus dipelajari di bangku sekolah.

FB mania Balai Berkuak

Fcebook, pada tahun 2009-an, di Balai Berkuak sudah bukan asing lagi, terutama bagi mereka yang mempunyai HP dengan fasilitas multimedia dan internet dengan dukungan symbian atau java scrip, sehingga banyak orang balai berkuak sudah memiliki account FB dari berbagai kalangan dan latar belakang pekerjaan yang bervariasi.

Jadi perubahan ini juga telah membuka cakrawala masyarakat Simpang Hulu pada umumnya tentang kebutuhan akan network connection, yang sebelumnya hanya sebatas pada email saja.
Hingga kini pengembangan penggunaan jaringan internet semakin meluas saja, tidak hanya pada FB, Blogger, namun beberapa situs yang terkait dengan sebagian wilayah Simpang Hulu, mulai bermunculan, tentunya diharapkan bisa memberikan efek secara ekonomis pada sang pengguna.

Ahaaa...ada yang hampir terlupakan, yakni tentang koneksi jaringan, terkadang saat asyk nya menjelajahi berbagai situs yang serasa bermanfaat, muncul keterangan: DNS ERROR,,,cek punya cek, ternyata signal lenyap tanpa diminta. Oupsss nanti dilanjut lagi ya....sampai jumpa

Konservatif moderat

Hidup di wilayah yang masuk kategori pedalaman, di bumi Borneo memunculkan banyak kisah yang tentunya disimpulkan dalam dua hal saja, yakni : suka dan duka.Beginilah bagian dari kisah itu, konon....

Di sebuah kecamatan yang bernama simpang hulu, nun jauh dari ibu kota kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, pada periode 1992-an, ketika hanya ada SMP sebagai sekolah formal tertinggi, masuklah rintisan awal program pembangunan Pemerintah, yakni jalan trans Kalimantan, dengan demikian menambah satu akses jalur transportasi yang selama itu hanya mengandalkan sungai.
Berjalan hingga satu dasawarsa,keadaan semakin membaik,sehingga jarak tempuh menuju ibukota provinsi semakin mungkin.

Aahhh...ternyata waktu terus berjalan tanpa terasa, sampai tahun 2008,berdirilah satu sarana milik perusahaan swasta, yang diharapkan mampu memberikan public service kata bahasa orang seberang samudra, berupa menara satelit barangkali, yang membuat orang bisa menggunakan hape untuk bertelponan.
Ternyata hinga kini, masyarakat yang dulunya hanya menyaksikan di televisi tentang telepon, sudah pada memiliki telepon sendiri, yang diberi nama : telepon genggam,ponsel,HP atau apalah sebutannya, yang kadang ada menyebutnya telepon nirkabel. Jadi cerita punya cerita, masyarakat Simpang Hulu sekarang “memasuki” era revolusi informasi juga,,dan semoga era ini memberikan cerita suka saja, daripada duka-nya...Konon..

Naahhh..seiring dengan hal ini,banyak pula program lain muncul, yang katanya akan meningkatkan taraf hidup orang banyak. Tapi siapa yang dimaksud orang banyak itu..??, sebagai contoh, begini...masuknya perusahaan perkebunan,,SAWIT, masuknya perusahaan pertambangan,,,dengan program reklamasi, sempat terpeleset makna PROKLAMASI, rupanya sederhana saja, RUSAKI kemudian PERBAIKI,,ada-ada saja,,eehh..muncul masalah baru yang sebelumnya tak ada, yaitu perebutan hutan,perebutan rimba, hingga menggunakan senjata ampuh, berupa “silsilah”..sementara dilain pihak, ada lagi namanya climate change...ya..simpulkan lah sendiri ya..sampai jumpa...

Kolam Ikan di Kilo Lima

Mengunjungi kolam ikan, April 2011.
Kami mengunjungi kolam ikan milik Pak Aloysius Rahmad, di Kilo Lima, yang terletak sekitar lima kilometer dari desa kami, Balai Berkuak, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Di sana, kami melihat dari dekat budidaya ikan kolam, seperti ikan nila, ikan mas, dan ikan bawal, yang dipelihara dalam empat petak kolam.

Yang menarik, lokasi itu terbilang cukup jauh dari kampung kami. Jalan trans Kalimantan yang masih berupa jalan tanah (belum diaspal) membentang. Kadang-kadang agak licin juga jika di musim penghujan. Menarik, karena pemilik kolam ini membuat tempat usaha secara maksimal, dengan membangun pondok tempatt tinggal, juga usaha lain seperti penggilingan padi.

Disambut penjaga kolam di pondoknya.
Letak lokasi persis di pinggir jalan trans Kalimantan, sehingga menurut saya cukup prospek. Ikan-ikan dari kolam itu turut andil menyuplai kebutuhan lauk pauk di kampung kami. Bagaimana cara meneladani contoh yang baik ini, untuk masa depan yang lebih baik? (Isodorus Helwin)

Mahasiswi Asing Kunjungi Keramat Botuh Bosi

Mengunjungi keramat Botuh Bosi, April 2011.
Saya menemani Savhanna Wilson (tengah) yang menerima penjelasan tentang keramat Botuh Bosi dari Mario, warga setempat yang menjadi juru kunci tempat keramat itu.

Botuh Bosi merupakan tempat sakral karena dipercaya memiliki kekuatan magis. Letaknya di Dusun Pendaun, Balai Berkuak, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dari ibu kota provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak, tempat itu berjarak lebih dari 200 kilometer.

Foto ini dijepret oleh adik bungsu saya, Monica Yusita, yang menyertai kunjungan kami. Savhanna Wilson merupakan mahasiswa asal Kanada, yang sedang menempuh studi di Bangkok. Melalui abang saya yang tinggal di Pontianak, dia akhirnya bisa berkunjung dan tinggal selama sepekan di kampung kami, Balai Berkuak. Dia tertarik mempelajari kehidupan orang Dayak. (Isodorus Helwin)